Kami hidup di negara yang termasuk paling modern di dunia ini. Negara di mana perkembangan teknologi begitu maju pesat, namun budaya tradisional masih melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Negara yang kental dengan tradisi seperti menyambut musim gugur, saling melempar air yang dianggap suci dengan memakai wadah ember kayu, perayaan menyambut arwah di musim panas, hingga menggantungkan boneka kain putih untuk meminta atau menolak hujan. Negara di mana agama bukanlah salah satu hal yang menarik dan sebagian besar penduduknya tidak tertarik pada suatu agama dengan serius. Negara tempat kami lahir dan dibesarkan, negeri matahari terbit. Jepang. Di sanalah, cahaya Allah pun terbit bagi kami.
Kisah-kisah kami dalam menemukan jalan cahaya berbeda-beda. Abe Yuki-san, seorang wanita Jepang yang menetap di Fukuoka dipertemukan dengan muslimin Indonesia karena ia ingin belajar bahasa Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari dalam dirinya mendorongnya mengenal Al Quran dan belajar Islam di Malaysia. Dan melalui berbagai proses berliku dan perjuangan yang gigih, Allah menuntunnya ke jalan cahaya pada tahun 2000.
Suguro-san, salah satu saudara kami, menemukan jalan cahaya setelah ia mengalami berbagai kepahitan dalam hidup. Ujian demi ujian menderanya, membuat hatinya kering hingga timbul niat untuk bunuh diri. Setelah lelah dengan mendatangi berbagai konseling dan terapi jiwa yang tak bisa mengobati luka hati, Allah menuntun langkah-langkah Suguro-san ke masjid dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia mendengar lantunan ayat-ayat suci-Nya. Melalui itulah, Sang Maha Cinta membawanya kembali menelusuri jalan cahaya.
Kemudian ada Ikuko-san yang menemukan cahaya Allah melalui surat Al Fatihah yang dibacakan sahabatnya. Pencarian panjang dan ujian yang dihadapi sepanjang hidupnya, luruh sudah dengan masuknya Ikuko-san ke dalam gerbang cahaya-Nya.
Juga ada Tomoko-san yang sering ikut shalat tarawih pada bulan Ramadhan padahal shalat tersebut sangat panjang karena setiap malam imamnya membaca satu juz. Shalat tarawih itu adalah shalat pertamanya dan cahaya-Nya telah membuat Tomoko-san jatuh cinta pada-Nya. Sanggup berdiri sampai rakaat selesai. Ah..Cinta… hanya karena cinta kami pada-Nya lah yang membuat semuanya begitu indah dan menakjubkan.
Lain lagi yang dialami Aminah-san, yang nama aslinya adalah Itoh Michi. Aminah-san mencari tahu tentang Islam dari berbagai website dan ia amat terpesona dengan ucapan “Assalamu’alaikum”. Salam pembuka yang indah, tentu saja isi ajaran di dalamnya akan lebin indah. Begitulah Allah menuntunnya ke jalan cahaya melalui salam sejahtera.
Mereka semua hanyalah beberapa contoh di antara kami yang telah memasuki gerbang cahaya. Gerbang yang menuntun kami semua menelusuri jalan cahaya, jalan-Nya yang lurus. Walau seringkali rintangan dan ujian menghadang di tengah jalan, ujian yang sungguh tidaklah ringan, namun hanya karena cinta kami pada Sang Maha Cinta yang membuat kami bertahan dan terus berjalan. Ia yang mengubah kami menjadi manusia yang lebih baik. Ia yang selalu menerangi dan membimbing kami menyusuri jalan ini. Di negeri matahari terbit ini, kami menemukan hidayah, dan di sini pula kami berjuang untuk tetap istiqomah, menuntut ilmu agama Islam, dan juga berusaha menjadi muslim yang kaffah.
Kami adalah orang-orang yang sangat beruntung di muka bumi ini. Karena kami adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan hidayah dari-Nya, Sang Maha Cinta. Cahaya Di Atas Cahaya. Kami, yang semula hidup dengan dalam kegelapan duniawi, mendapatkan kesempatan kedua, untuk menjalani hidup baru. Hidup menelusuri jalan cahaya, jalan-Nya yang lurus. Cinta kami pada-Nya takkan pernah berkesudahan.
Tentang Buku Hikari No Michi
Hikari No Michi – yang berarti jalan cahaya - ini ditulis oleh tiga belas orang yang tergabung dalam FLP Jepang. Sebagian penulisnya tinggal di beberapa kota di Jepang dan merupakan mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di sana. Sedangkan sebagian lagi tinggal di beberapa kota di Indonesia dan masih terus berinteraksi dengan muslimin dan muslimah Jepang lainnya.
Sejarah singkat Islam di Jepang, kisah-kisah para mualaf Jepang yang mengharukan, inspiratif, dan juga mencengangkan, serta pernak-pernik pengalaman berislam di Jepang, lengkap dengan info kegiatan masjid-masjid dan info toko-toko yang menjual makanan halal di sana, semuanya terangkum dengan indah di dalam catatan cinta ini. Karena bila Allah telah memilih orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk menyusuri jalan-Nya yang lurus, maka apa pun dan siapa pun tidak dapat mencegahnya. Perlahan-lahan Islam telah menyentuh hati-hati mereka yang berada di Jepang untuk kembali ke jalan-Nya yang lurus. Jalan cahaya. Hikari No Michi…
Jakarta, 17 Mei 2009 at 11.00 p.m.
Dipersembahkan untuk seluruh mualaf Jepang dengan penuh cinta…
http://mutiaracinta.multiply.com
http://forumlingkarpena.multiply.com
http://lingkarpena.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar