Seorang pelari memulai start lomba marathon dengan "buruk", ia mengambil posisi langkah yang keliru sehingga tertinggal oleh beberapa pelari di depannya. Namun ia segera melupakan start yang buruk itu dan fokus pada perjuangannya. Karena ia terus menjaga irama larinya maka setelah beberapa kilometer berlari, jarak antara sang pelari itu dengan pelari-pelari lainnya menjadi kian dekat saja. Dan akhirnya pada kilometer ke-30, sang pelari merangsek maju ke urutan kedua dan jaraknya dengan pemimpin lomba hanya beberapa meter saja.
Mudah ditebak, sang pelari semakin bersemangat untuk mengejar pelari di depannya. Demikian pula pelari yang memimpin paling depan tentu tidak dengan mudah membiarkan untuk dilewati. Dan saat memasuki kilometer akhir, kedua pelari tersebut memimpin di depan meninggalkan pelari-pelari lainnya di belakang dengan jarak yang cukup jauh.
Menjelang garis finish kedua pelari segera memacu kecepatan untuk melesat secepat mungkin untuk menjadi yang pertama. Ketika memasuki garis finish akhirnya pelari yang melakukan start dengan buruk berhasil mendahului pelari yang dari awal memimpin dan menjadi juara perlombaan marathon tersebut.
Ketika kita berpikir sudah berjuang sedemikian hebatnya mencurahkan segenap daya upaya yang ada namun melakukan kesalahan, maka selalu tersedia pilihan bagi kita: terus berkubang dalam kesalahan ATAU bangkit meninggalkannya. Karena kemenangan bukanlah masalah pengakuan dari orang lain atau apalagi penghargaan atas apa yang kita raih, melainkan justru pada bagaimana kita melupakan yang buruk-bangkit dari keterpurukan-fokus pada perjuangan-dan bersemangat pantang menyerah.
Sumber: FP RuangHati.com
0 komentar:
Posting Komentar