Bermain adalah hal yang sangat menyenangkan bagi anak-anak. Tapi seringkali para orang tua tidak tahu bermain seperti apa yang sesuai tahap perkembangan anak-anak, sekaligus disenangi oleh mereka.
Ada empat tahapan bermain anak yaitu sensori, bermain dengan alat, bermain peran, dan bermain kerjasama. Pada bermain sensori anak diajak bermain pada hal-hal yang dapat menstimulus sensori mereka, seperti bermain air, pasir, dan sejenisnya. Tetapi, fakta berkata lain. Banyak orang tua yang tidak mengetahui akan pentingnya tahap bermain ini sehingga mereka melarang anak-anak untuk bermain pasir atau air dengan alasan kotor. Padahal di situlah waktu mereka distimulus sensori tangan, kaki, dan organ sensori lainnya untuk lebih peka. Jika tahap ini tidak dituntaskan dengan baik, kelak ketika dewasa akan membawa kerugian bagi dirinya dan orang lain.
Mengapa? Karena anak yang sensori motoriknya belum tuntas di usia 2 tahun akan cenderung tidak mudah mengolah emosi dan agresif sekalipun mereka pintar. Bagaimana cara mengetahui tingkat ketuntasan anak dalam tahap bermain sensori ini? Hal ini bisa dideteksi saat anak bermain pasir. Jika mereka bermainnya dengan berguling-guling atau pasirnya hanya “dicuil-cuil”, itu menandakan bahwa sensori motoriknya belum tuntas. Sedangkan anak yang sensori motoriknya sudah tuntas, biasanya akan membuat bangunan dari pasir itu atau sesuatu yang kreatif.
Kemudian untuk bermain dengan alat, kenapa hal ini dirasa perlu tidak lain agar anak belajar untuk menggunakan bermacam-macam peralatan sebagai persiapan hidup mereka kelak saat dewasa (Life Ready). Sebagai contoh, saat bermain mereka harus mengambil dan meletakkan alat pada tempatnya. Misalkan dalam sebuah nampan. Kenapa? Hal ini sebagai pembelajaran mereka jika kelak mereka harus bekerja sebagai dokter, perawat, atau yang lainnya yang membutuhkan ketelitian dan kerapian meletakkan alat. Bagaimana jadinya seorang perawat yang meracik obat jika obatnya saja tercampur atau tertukar tempatnya?
Tahap selanjutnya yaitu bermain peran. Nah, tahap ini juga tidak kalah penting. Anak bisa diajak untuk menjadi dokter-dokteran, keluarga-keluargaan, tamu-tamuan dan bermain peran sejenisnya. Namun pada dasarnya, secara alamiah ketika bertemu dengan teman-teman sebaya, anak secara otomatis melakukan permainan peran ini. Dengan bermain peran, anak-anak bisa diajak menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain.
Dari situ anak akan belajar bagaimana seharusnya berbuat ketika berada pada posisi tertentu. Bagaimana menjamu tamu, misalnya. Bagaimana sulitnya menjadi seorang ibu, bagaimana harus berbelanja yang benar dan lain sebagainya.Memang penting? Penting sekali. Jangan sampai hal penting seperti ini baru mereka pelajari saat mereka sudah dewasa. Hal itu tidak akan menjadi suatu kebiasaan. Ingat kan pepatah: Bisa karena biasa.
Tahapan yang terakhir yaitu bermain kerjasama. Tahap ini juga sangat penting agar kalau sudah besar mereka bisa bekerja dalam kelompok dengan segala bentuk aturan yang mengikat dalam sebuah kerjasama. Mereka perlu tahu, bahkan perlu bisa, sejak dini.
Nah bunda, semoga kita bisa membersamai ananda bermain sesuai dengan tahapan bermain anak. Sehingga selain mereka enjoy, perkembangan emosi mereka juga terjaga.[Gresia Divi]
Sumber: http://www.bersamadakwah.com/2013/04/bunda-beginilah-tahapan-bermain-anak.html
0 komentar:
Posting Komentar